Pengertian Metafora, Ciri, Fungsi, dan Jenisnya

Pengertian Metafora
Metafora

A. Pengertian Metafora
Metafora dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Metafora adalah majas yang mengungkapkan sesuatu secara langsung berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dan lain-lain.
 
Metafora dapat menambahkan efek dramatis pada kalimat. Sehingga, ide klise untuk merendahkan diri sendiri seperti ini terasa lebih kuat. Kekuatan atau efek dramatis yang dihasilkan oleh metafora terletak pada kontras perbandingan yang dilakukan. Majas metafora sebenarnya banyak digunakan dalam karya sastra di mana tujuannya untuk mengungkapkan makna tertentu melalui penekanan pada kesan yang akan ditimbulkan.

Penggunaan gaya bahasa metafora juga ditunjukkan untuk mengatasi keterbatasan pilihan kata dan bentuk ekspresi dari penulis. Berikut beberapa pengertian metafora menurut para ahli di antaranya,
1. Tarigan (2013, hlm. 15), metafora adalah pemakaian kata-kata tanpa arti sebenarnya, melainkan sebagai gambaran yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Di dalamnya terdapat perbandingan singkat yang tersusun rapi untuk menghasilkan makna yang lain.
2. Nurgiantoro (2017, hlm. 227), metafora adalah bentuk perbandingan antara dua hal berupa benda, fisik, ide, sifat, atau perbuatan lain yang bersifat implisit, hubungan antar keduanya bersifat sugesti tanpa kata penunjuk perbandingan.

Perbedaan Metafora dan Simile
Perbedaan utama antara keduanya adalah pada penggunaan kata-kata penunjuk. Pada simile, digunakan kata penunjuk seperti bagaikan, bak, seperti, tampak, dan sejenisnya. Sementara, metafora tidak menggunakan kata-kata penunjuk ini dan langsung menyerupai saja. Contohnya: “Aku ini Binatang Jalang”. Jika diperhatikan, kalimat tersebut adalah majas metafora karena langsung menempatkan aku untuk menyerupai binatang jalang, tidak ada kata yang menunjukkan bahwa aku ini menyerupai. Berbeda dengan “Aku ini bagaikan binatang jalang”. Terdapat kata-kata penunjuk yaitu bagaikan yang menunjukkan bahwa aku ini menyerupai sebuah binatang jalang.

B. Ciri Metafora
Majas metafora adalah majas yang menggunakan kata atau frasa yang bukan makna sesungguhnya, melainkan sebagai kiasan ataupun penggambaran terhadap objek lainnya. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang umumnya dimiliki oleh teks metafora di antaranya,
1. Tidak menggunakan kata konjungsi atau penghubung dalam kelompok kata atau kalimatnya.
2. Membandingkan suatu objek atau kondisi dengan menggunakan perbandingkan langsung tanpa memakai kata perbandingkan, berupa kata seperti, laksana, bagaikan, bak dan lainnya.
3. Menggunakan frasa atau kata-kata yang memiliki makna kiasan untuk membandingkan ataupun menyamakan suatu objek dengan objek yang lainnya.

C. Fungsi Majas Metafora
Pemakaian majas metafora dalam sebuah karya sastra memang dapat membuat kata-kata dalam karya tersebut terlihat lebih hidup dan menarik untuk dibaca. Selain itu, penggunaan gaya bahasa metafora juga bisa membuat konsep dan ide seorang penulis menjadi lebih mudah dipahami oleh para pembaca atau bahkan membuat ungkapan pemikiran yang rumit menjadi lebih mudah dimengerti.

Misalnya digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang abstrak ke konkret, menjelaskan hal yang tidak bisa dipahami menjadi lebih mudah dipahami dan sebagainya. Dengan adanya majas metafora, dapat membuat pembaca tidak hanya dapat menikmati karya sastra yang dibacanya saja, namun juga bisa memperoleh pengetahuan baru mengenai penulisan kalimat di dalam karya sastra tersebut.

D. Jenis Majas Metafora
Para pakar linguistik telah menobatkan majas atau gaya bahasa metafora sebagai ratunya majas. Hal ini dikarenakan ada banyak sekali majas yang pembentukannya berasal dari gaya bahasa metafora.
1. Menurut Orrechioni (1977:149-156)
a. Metafora In Praesetia
Majas metafora in prasetia merupakan salah satu jenis majas metafora di mana objek yang hendak dibandingkan bersamaan dengan perbandingannya. Sehingga makna yang terkandung di dalamnya akan lebih eksplisit. Contoh: “Rahayu adalah kembang desa yang berhasil mencuri perhatian banyak pria di desa Bungaraya”. Kata “kembang desa” memiliki makna secara jelas jika Rahayu adalah gadis paling cantik di desa tersebut.
 
b. Metafora In Absentia
Majas metafora in absentia merupakan jenis majas metafora yang mengungkapkan suatu hal dengan cara yang implisit. Jenis majas yang satu ini menggunakan perbandingan tidak secara langsung ditujukan pada objek yang dibicarakan. Sehingga tak jarang penggunaan majas metafora in absentia ini membuat pembaca kebingungan dalam memahami maksud dari kalimat yang ada di dalam sebuah karya sastra.

Selain itu, terkadang penggunaan majas metafora in absentia juga disalah artikan oleh pembaca karena terjadi penyimpangan pada maknanya. Contoh: “Banyak pemuda di desa Sejahtera yang ingin mempersunting bunga desa itu”. Dari contoh kalimat tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa pemuda ingin mempersunting sebuah bunga. Apakah kesimpulan ini benar? Tentu saja tidak, jika kita perhatikan, maka kata-kata bunga desa itu merujuk kepada gadis atau perempuan cantik yang menjadi dambaan para pemuda.
 
2. Menurut Parera (2004:119)
a. Metafora Antropomorfik
Ungkapan metafora antropomorfik juga dikenal dengan gaya personifikasi atau meniru. Hal ini dikarenakan jenis majas ini sering digunakan untuk membandingkan sesuatu dengan suatu hal lainnya. Contohnya adalah “cintanya bersungut-sungut atau pohon nyiur melambai-lambai”. Cinta tidak mungkin bersungut bukan? Pohon juga tidak mungkin melambai-lambai. Kedua ekspresi ini berupaya menggambarkan cinta yang sangat kuat dan menggebu-gebu atau pohon yang tertiup angin sangat kencang hingga bergoyang-goyang.
 
b. Metafora Bercitra Hewan
Jenis majas yang satu ini sering menggunakan binatang atau bagian tubuh binatang ataupun sesuatu yang berhubungan dengan binatang untuk pencitraan sesuatu yang lainnya. Majas bercitra hewan ini sering digunakan untuk mengumpat atau memarahi seseorang karena perbuatannya. Orang tersebut disamakan dengan binatang yang hina atau berkelakuan buruk. Contohnya adalah babi kamu, artinya seseorang tersebut memiliki watak atau perbuatan yang dipadankan dengan babi. Contoh lainnya adalah dasar monyet di mana orang tersebut dipandang memiliki kelakuan seperti monyet.
 
c. Metafora Bercitra Abstrak
Metafora bercitra abstrak biasanya digunakan untuk mengalihkan ungkapan-ungkapan yang abstrak menjadi ungkapan yang lebih konkret. Jenis majas ini juga bisa dinyatakan sebagai kebalikan dari hal yang abstrak ataupun samar diperlakukan sebagai sesuatu yang bernyawa sehingga membuatnya lebih konkret atau bernyawa. Contoh dari penggunaan majas ini ialah anak emas yang diartikan sebagai anak kebanggaan atau anak yang dibanggakan keluarganya.
 
d. Metafora Bercitra Sinestesia
Metafora bercitra sinestesia merupakan jenis majas yang digunakan untuk mengalihkan atau pemindahan dari pengalaman satu ke pengalaman lain atau dari tanggapan satu ke tanggapan lainnya. Contohnya, buah bibir dan kaki tangan. Untuk penggunaan contoh majas kaki tangan memiliki makna orang kepercayaan dan untuk buah bibir maknanya bahan pembicaraan.
 
3. Menurut Nurgiantoro (2017)
a. Metafora Eksplisit (In Praesetia)
Merupakan pembanding tiga hal yang ditunjukkan secara jelas untuk pembandingnya. Contohnya: Aku adalah burung yang ingin terbang bebas di angkasa. Jelas-jelas bahwa ia mengibaratkan atau membandingkan dirinya dengan

b. Metafora Implisit (In Absentia)
Yaitu pembanding yang tidak ditunjukkan langsung tetapi menggunakan kata yang tersembunyi. Contohnya adalah: Sayapku patah, namun terbang bukanlah pilihan. Daripada dengan gamblang (eksplisit) menyebutkan burung, majas menggunakan sayap dan terbang sebagai penunjuk secara tidak langsung terhadap perbandingan dirinya dengan burung.

c. Metafora Usang
Merupakan ungkapan perbandingan yang sudah lazim untuk digunakan dan telah banyak dipahami maknanya oleh masyarakat luas tanpa harus berpikir lama. Contohnya: Aisyah adalah kembang desa di kampung itu.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Metafora, Ciri, Fungsi, dan Jenisnya"