Pengertian Wacana, Ciri, Keutuhan, Bentuk, dan Jenisnya

Pengertian Wacana
Wacana

A. Pengertian Wacana
Istilah wacana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki beberapa pengertian di antaranya,
1. komunikasi verbal; percakapan;
2. keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan;
3. satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah;
4. kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat;
5. pertukaran ide secara verbal.

Wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Wacana sangat terkait dengan konteks yang menyertainya. Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau inskripsi, yang mengacu pada makna yang sama, yaitu 'wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar'.

Wacana adalah salah satu bagian dari strata kebahasaan yang menduduki posisi tertinggi. Berdasarkan pernyataan itu, dapat dikatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, yang dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.

Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse” merupakan tulisan atau ucapan yang merupakan wujud penyampaian pikiran secara formal dan teratur. Dalam realisasinya wacana diwujudkan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedi, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan. Wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar di gunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi merupakan bentuk kata. Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya, rangkaian kalimat membentuk wacana.

Wacana Menurut Para Ahli
1. Alwi, dkk (2003:42), wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.
2. Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.
3. Kinneavy (dalam Supardo 1988:54) wacana pada umumnya adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan, tidak harus selalu menampilkan isi yang koheren secara rasional. Wacana dapat diarahkan ke satu tujuan bahasa atau mengacu sejenis kenyataan.
4. James Deese, wacana merupakan seperangkat proposisi yang saling berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan rasa yang kepaduan atau rasa kohesi untuk si penyimak atau pembaca. Kepaduan dan kohesi akan muncul dari isi wacana.
5. Harimurti Kridalaksana, wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. (1983:179 dalam Sumarlam, 2009:5).
6. Fatimah Djajasudarma (1994:1), wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.
7. I.G.N. Oka dan Suparno (1994:31), wacana adalah satuan bahasa yang membawa amanat yang lengkap.
8. Sumarlam, dkk (2009:15), wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.

B. Ciri Wacana
1. Terdapat tema
2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
4. Memiliki hubungan koherensi
5. Memiliki hubungan kohesi
6. Medium bisa lisan maupun tulis
7. Sesuai dengan konteks

C. Keutuhan Wacana
1. Kohesi, merupakan hubungan antar kalimat dan paragraf, yang dapat menyebabkan kalimat dan paragraf tersebut menjadi satu kesatuan yang padu, sehingga menjadi sebuah wacana yang utuh. Wacana di atas menggunakan pola hubungan konjungsi, konjungsi merupakan kata hubung.
2. Koherensi, merupakan keterkaitan antara kalimat yang sistematis. Keterkaitan tersebut yang mengakibatkan kalimat menjadi terpadu.

Agar wacana menjadi baik, kita harus memperhatikan persyaratan dalam pembangunan wacana. Syarat tersebut adalah wacana tersebut harus kohesif dan koheren. Bila wacana tersebut kohesif dan koheren, akan terciptalah wacana yang memiliki kepaduan, kesatuan, kelengkapan.
1. Kepaduan Wacana, untuk mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus kita lakukan adalah kemampuan merangkai kalimat dan paragraf sehingga bertalian secara logis dan padu. Untuk mempertahankan kalimat dan paragraf agar tetap logis kita harus menggunakan kata hubung.
2. Kesatuan Wacana, selain kepaduan, persyaratan penulisan wacana yang baik adalah prinsip kesatuan. Yang dimaksud dengan prinsip kesatuan wacana adalah tiap paragraf-paragraf sebagai penyusun wacana memiliki keterkaitan yang dibahas.
3. Kelengkapan Wacana, sebuah wacana dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat paragraf-paragraf yang menjadi inti dari suatu pembahasan yang diangkat dalam wacana tersebut secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran. Ciri-ciri paragraf penjelas yaitu berisi penjelasan-penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh dan lain-lain. Paragraf penjelas juga memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung antarkalimat maupun intrakalimat.

D. Bentuk Wacana
1. Narasi, merupakan sebuah rangkaian cerita yang didasarkan pada urutan suatu peristiwa atau kejadian. Narasi berbentuk narasi imajinatif seseorang dan narasi ekspositaris. Unsur-unsur dari narasi adalah tokoh, alur, kejadian, konflik, dan latar serta waktu, suasana dan tempat.
2. Eksposisi, merupakan sebuah karangan yang menjelaskan dan menerangkan karangan dengan terperinci yang tujuan agar memberikan sebuah informasi atau dapat memperluas ilmu dan pengetahuan bagi pembaca. Karangan eksposisi digunakan untuk karya ilmiah seperti untuk seminar, simposium , makalah-makalah, artikel ilmiah, atau penataran.
3. Argumentasi, merupakan karangan yang berisikan pendapat seorang atau ahli, sikap, maupun penilaian terhadap sesuatu disertai dengan bukti, alasan dan pernyataan yang dapat diterima secara logis. Argumentasi bertujuan untuk meyakinkan bahwa itu benar atau salah.
4. Deskripsi, merupakan karangan yang menggambarkan sesuatu objek berdasarkan hasil dari pengamatan, perasaan, dan pengalaman dari penulis.

E. Jenis Wacana
1. Berdasarkan Media Komunikasi
a. Wacana Lisan, menurut Henry Guntur Tarigan wacana lisan adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Sedangkan, Menurut Mulyana wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Pada dasarnya bahasa lahir melalui mulut atau lisan.
b. Wacana Tulis, menurut Henry Guntur Tarigan wacana tulis adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Sedangkan menurut Mulyana, wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan.

2. Wacana Berdasarkan Pelibatnya
a. Wacana Monolog, pada wacana monolog pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas ucapan pembicara. Contohnya pidato, ceramah.
b. Wacana Dialog, apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi pergantian peran Contohnya antara dua orang yang sedang mengadakan perbincangan.
c. Wacana Polilog, apabila peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran. Contohnya perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicara dan pendengar.

3. Berdasarkan Cara Pemaparan
a. Wacana Narasi, istilah narasi (dalam bahasa inggris: naration) berarti kisahan. Penyusunan wacana narasi erat kaitannya dengan rangkaian peristiwa. Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmahnya dari cerita itu.
b. Wacana Deskripsi, istilah deskripsi (dalam bahasa Inggris : description) artinya perian. Wacana deskripsi adalah wacana yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, mencium, dan merasakan apa yang dipahaminya itu sesuai dengan pikiran penulisnya. Wacana ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan kesan utama sebagai pengikat semua kesan yang dilukisnya.
c. Wacana Eksposisi, istilah eksposisi (dalam bahasa Inggris : exposition) yang artinya membuka atau memulai. Wacana eksposisi adalah wacana yang berusaha menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan itu.
d. Wacana Argumentasi, adalah wacana yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Wacana ini termasuk wacana yang paling sulit bila dibandingkan dengan wacana-wacana lain yang telah diuraikan terdahulu. Kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan bukti yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinannya.
e. Wacana Persuasi, pesuasi (dalam bahasa Inggris : persuasion) merupakan suatu cara yang dilakukan oleh orang untuk menyakinkan orang lain agar orang tersebut mau melakukan apa yang dikehendaki penulis baik masa sekarang atau masa yang akan datang. Dengan demikian, wacana persuasi adalah wacana yang disusun penulis dengan tujuan akhir agar pembaca mau melakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki penulis dalam wacana tersebut.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Wacana, Ciri, Keutuhan, Bentuk, dan Jenisnya"